KESUKAAN terhadap tokoh-tokoh komik, film, ataupun musik membuat orang ingin memiliki serta memainkannya. Jadilah action figure sebagai pilihan.
Meskipun masih dalam golongan mainan, action figure ternyata lebih banyak digemari orang dewasa. Pasalnya, mainan berbentuk boneka ini memiliki daya magis yang sangat kuat. Mainan tersebut bukan hanya sebatas toys for play,juga sudah menjadi hobi untuk dikoleksi.
Miniatur tokoh ini biasanya diambil dari karakter tokoh-tokoh populer, baik dari komik, film,musik maupun olahraga. Kesukaan terhadap tokoh aslinya berimbas pada keinginan untuk memiliki replikanya. Sama seperti hobi koleksi lainnya. Mereka yang telanjur suka dengan action figure seolah tak mau lepas.
Padahal koleksi mainan itu memiliki harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Umumnya, setelah orang memiliki satu action figure idolanya, dia akan mencari mainan lainnya. Awal coba-coba itu pun berubah menjadi keterusan.
"Biasanya seperti itu. Saya dulu suka dengan tokoh-tokoh DC Direct, seperti Superman dan Batman. Begitu dapat satu, ingin melengkapi seluruh tokoh yang berasal dari komik keluaran DC tersebut," ujar salah satu penggemar berat mainan ini, Mulyatno Arifin atau akrab disapa Mul (36).
"Begitu lengkap, belum puas juga. Kayaknya masih ingin punya karakter lainnya," tambahnya. Alhasil, Mul pun tidak bisa berhenti untuk terus mencari dan mengoleksinya. Awalnya dia memang sudah suka mainan tersebut sejak masih kanak-kanak. Kala itu, tepatnya pada 1979, mainan figur Star Wars pertama kalinya keluar dan menjadi booming.
Dari yang awalnya untuk mainan, Mul tidak bisa menghentikannya hingga kini. "Kalau sekarang lebih banyak untuk koleksi. Jumlahnya banyak banget, lebih dari 500 buah. Itu juga sudah banyak yang dijual," jelasnya. Saking banyaknya, koleksi yang awalnya dipajang di ruangan kamar, lama-kelamaan menumpuk di gudang dan dibiarkan begitu saja masih lengkap dengan bungkusnya.
"Kalau saya koleksi, sudah punya ya sudah, puas. Setelah itu, biasanya sih, saya biarkan saja. Kalau kira-kira bagus, ya saya pajang," ungkapnya. Mul yang serius memburu miniatur tokoh fantasi sejak 2000 itu mengaku tidak bisa lepas dari action figure. Itu sebabnya dia menjadikan hobi ini sebagai pekerjaan sampingannya.
Selain berprofesi sebagai pengusaha rumah kos, Mul juga membuka toko action figure, bernama Toys Corner secara online. Selain Mul, ada juga Billy Pratomo (32), yang begitu keranjingan mainan ini. Seperti halnya Mul, Billy pada akhirnya membuka toko mainan action figures sebagai pekerjaan sampingan.
Selain menguntungkan, dengan membuka usaha tersebut, dia juga bisa mengembangkan hobinya. Dengan begitu, Billy lebih mudah mendapat akses untuk mendapatkan koleksi favoritnya. Sejak rajin memburu action figure ke luar negeri pada 1995, Billy akhirnya berpikir untuk menjadikan action figure sebagai sebuah lahan bisnis.
"Karena sering beli dan sudah banyak kenal dengan penjualnya, akhirnya mulai coba jualan kecil-kecilan di kampus," tutur Billy. Mulai jualan di kampusnya, dia kini sudah membuka toko sendiri bernama ToyZaholic, yang sudah dikelolanya sejak dua tahun ini.
Meski begitu, hobi tetaplah hobi. Meski berjualan, dia juga tetap memisahkan sejumlah action figure yang memang layak dia koleksi. Beberapa item yang terpampang di tokonya di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, merupakan display semata. Seperti koleksi Hellboy berukuran besar, yang hanya menjadi pajangan semata.
"Harganya itu sekarang sekira Rp4 juta. Padahal beberapa tahun lalu, saya beli cuma Rp200.000.Tapi karena koleksi,tidak saya jual,"ucap pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai dosen komunikasi visual di Universitas Trisakti, Jakarta. Ada ratusan action figure yang merupakan barang dagangan. Namun, untuk yang koleksi sendiri, Billy memiliki item yang sangat banyak. Jumlahnya lebih dari 3.000 action figure yang tertata rapi di dalam gudang rumahnya. Koleksi tersebut padahal sudah banyak juga yang sudah dijual.
"Biasanya saya sayang menjual koleksi pribadi.Tapi kalau sudah merasa bosan, ya sudah saya lepas. Namun, itu umumnya saya jual dengan teman saya sendiri. Jadi, saya tahu kalau barang itu memang terawat," jelasnya.
Sementara Bima Nandaka (21), mengaku suka dengan action figure setelah melihat sejumlah robot-robotan gundam yang menarik, pada 2003. Dari robot-robotan asal Jepang itu, Bima mengalihkan perhatian pada action figure. Dia mengaku mulai suka saat melihat model action figure Spawn yang kala itu tengah marak.
Beli untuk Tidak Dibuka
ACTION figure merupakan salah satu bagian dari mainan. Sebab, miniatur tokoh ini bisa digerakkan ataupun dibuat bergaya macam-macam.
Meski fungsinya untuk mainan, para kolektor lebih banyak menyukai mainan ini untuk sebatas pajangan. Bahkan, banyak pula di antara mereka yang memilih memajang mainan tersebut masih dalam bentuk tersegel atau yang disebut dengan mint on car (MOC).
"Dengan begitu, harganya akan tetap tinggi. Selain itu, juga lebih mudah merawatnya," tutur Billy Pratomo. Jangan heran bila melihat sejumlah kolektor memiliki koleksi layaknya barang dagangan. Padahal tidak semuanya melakukan itu untuk investasi.
Dengan tetap memelihara mainan dalam kotak seperti yang dikeluarkan produsennya, mainan itu lebih terlihat nilai prestisenya. Bukan berarti mempertahankan kotak tersebut, para kolektor tersebut memang bermaksud menjualnya kembali.
"Itu sebenarnya kembali ke selera orangnya saja. Ada yang suka dibuka dan ada juga yang suka tetap seperti itu (terbungkus). Keasyikan sih, tetap sama saja," paparnya, yang mengaku memilih keduanya. Beberapa mainan memang dia buka dan diperlakukan seperti umumnya mainan, tapi beberapa ada juga yang masih tersegel dan tersimpan rapi di dalam gudang.
Sementara itu, Bima mengaku lebih menyukai MOC karena dia mengagumi mainan tersebut sebagai karya. Setelah membeli mainan, umumnya action figure itu akan ditaruh sebagai pajangan. Dia menikmati mainan tersebut seperti karya seni rupa.
"Sebab, saya memang menyukai action figure karena desain serta detail yang ada pada action figure tersebut," jelas Bima. Tidak heran bila mahasiswa Paramadina ini tidak hanya mengoleksi action figure, kini dia pun sudah menjadikan statue sebagai bagian dari koleksinya.
"Kalau statue harganya lebih mahal dan sangat mudah rusak, baik itu patah maupun pecah, makanya naruhnya juga sangat hati-hati," ujar pria yang menyukai koleksi statue komik sebagai koleksinya. Salah satunya adalah tokoh Superman klasik yang dibelinya dengan harga Rp2,2 juta.
Mainan juga merupakan salah satu bagian dari investasi. Dengan tetap mempertahankan segel, harga akan sangat tinggi. Mainan yang semula hanya berharga Rp200.000, bisa berharga jutaan rupiah saat barang tersebut sangat langka.
"Tapi untuk investasi, mainan bukan bentuk investasi yang dianjurkan. Pasalnya, yang suka juga para kolektor dan sangat terbatas. Naik-turun harganya pun tidak bisa diperkirakan," ucap Mulyatno Arifin, salah satu kolektor. Jadi, pilihan MOC sendiri menurutnya lebih karena selera kolektor tersebut. "Seperti saya, suka cuma untuk punya. Saya bisa lihat mainan itu saja sudah puas," ujar Mul
Sumber Berita
Posting Komentar